Wisata 2 hari 2 malam di Palembang

thumb

Pada bulan Mei 2022, saya dan keluarga pergi jalan-jalan ke Palembang. Perjalanan ini sebenarnya tidak terlalu terencana karena direncanakan hanya 1 hari sebelumnya.

Sebelumnya, kami berkunjung ke tempat saudara kami di Pringsewu, Lampung. Saudara kami inilah yang mengajak pergi ke Palembang, karena akses ke Palembang saat ini sudah sangat mudah, terutama dari aspek waktu.

Jika dulu dari Lampung ke Palembang membutuhkan waktu tempuh 12 jam, saat ini, karena adanya Jalan Tol, waktu tempuh dapat dipersingkat hingga 3 jam tanpa istirahat, atau 4–6 jam dengan istirahat. Bahkan, kita bisa jalan-jalan ke Palembang dari Lampung hanya dalam waktu 2 hari 2 malam, sudah termasuk perjalanan pulang dan pergi.

Cerita saya kali ini dapat menjadi rekomendasi wisata Palembang bagi pembaca yang ingin melakukan perjalanan serupa dan dalam waktu yang singkat pula.

Perjalanan ke Palembang

Bila ada dari pembaca yang berasal dari wilayah Jakarta, anggaplah perjalanan dari Pringsewu ke Palembang ini kurang lebih mirip dengan perjalanan dari Jakarta (Cawang) ke Pemalang, Jawa Tengah, lewat jalan tol.

Kami berangkat dari Pringsewu sekitar pukul 12:30 siang. Sebelum lewat tol, kami melewati jalan alternatif Pringsewu–Bandara Radin Inten II yang melewati perkebunan. Kemudian masuk Jl. Lintas Sumatera dekat bandara dan masuk tol dari gerbang tol Natar.

Kami melewati tol Bakauheni–Kayu Agung–Palembang tanpa keluar ke jalan arteri (Lintas Sumatera). Kami beberapa kali minggir ke rest area untuk istirahat. Kami baru keluar tol di gerbang tol Kramasan di Kertapati, tepat di pintu masuk Kota Palembang.

Catatan penting: Saat perjalanan ini dilakukan, ruas tol dari Kayuagung sampai Palembang rusak, bahkan ada beberapa lubang yang cukup dalam dan bisa merusak kendaraan. Banyak juga bagian jalan yang sedang diperbaiki, namun tidak diberikan peringatan (rambu) dari jarak jauh.

Oleh karena itu, jangan lupa untuk menjaga kecepatan maksimal 100 km/jam dan tetap sigap dan awas agar tidak kena dampak buruk dari lubang, serta penumpang di belakang tetap nyaman.

Dalam perjalanan kali ini, kami tidak membeli makanan, tapi membawa nasi dan lauk dari rumah, sehingga biaya perjalanan bisa lebih hemat.

Penginapan

Kami tiba di salah satu hotel di Jl. Basuki Rachmat daerah Kemuning, yaitu Hotel Aston, pada jam 18:30. Daerah ini adalah salah satu kawasan sibuk juga di Palembang, sehingga sering macet pada sore hari saat pulang kerja. Terdapat banyak perkantoran dan tempat usaha. Beberapa di antaranya berhubungan dengan pemerintahan, misalnya BPJS Ketenagakerjaan kanwil Sumbagsel dan kantor Bea Cukai Sumbagtim.

Dengan Rp 500.000 per malam, kami telah mendapatkan fasilitas kamar hotel dengan tempat tidur twin bed dan sarapan untuk 2 orang. Bila terasa agak mahal, mungkin karena kami menginap saat akhir minggu (weekend) dan menjelang libur Waisak pada hari seninnya (16 Mei 2022).

Seharusnya kami bisa tiba saat masih terang. Namun akhirnya tiba di Palembang ketika hari sudah gelap karena berangkatnya ngaret.

Perjalanan 1: Makan pempek di pinggir jalan.

Kami melakukan ini berdasarkan pengalaman kami 3 tahun lalu, ketika kami singgah di Palembang saat mudik ke Medan. Kami menemukan pempek pinggir jalan yang tidak mahal, tetapi enak. Tidak ada tenda, dan tidak terletak di dalam ruko. hanya kursi dan meja yang ditata di trotoar. Lokasinya ada di Jl. Sudirman, dekat bundaran air mancur dan jembatan Ampera.

Lokasi pempek dan pusat kuliner pinggir jalan Sudirman.

Di kawasan ini, tidak hanya pempek, tetapi ada juga nasi goreng, roti bakar, martabak, dan mie. Rata-rata, penjual makanan di kawasan ini buka pada malam hari. Bahkan, ada yang buka di atas jam 9 malam. Namun, warung-warung makan ini tidak akan ditemukan pada siang hari, karena adanya aktivitas pertokoan di sekitarnya yang tidak memungkinkan mereka untuk jualan.

Karena masih dalam masa pemulihan ekonomi pasca pandemi, dan naiknya beberapa harga bahan pokok seperti minyak sawit, harga pempeknya sudah naik lumayan jauh dibandingkan 3 tahun lalu. Saya dalam hati hanya bisa berharap harga bahan turun supaya pempek lebih murah.... Atau gaji yang naik hehehe....

Perjalanan 2: Berkeliling di jalanan Kota Palembang

Sehabis makan pempek, menikmati suasana malam di jalanan Kota Palembang sulit untuk dilewatkan. Dengan hanya diam di mobil (menyetir mobil bagi supir), kami menikmati suasana jalan di Kota Palembang, mulai dari pemandangan jalan, rute, karakteristik supir ketika menyetir, hingga jenis-jenis mobil yang dibeli oleh warga Palembang.

Kami melewati beberapa jalanan di Palembang, seperti Jl. Sudirman, Jl. Basuki Rachmat, Jl. Mayor Salim Batubara, Jl. M.P. Mangkunegara, Jl. AKBP Cek Agus, Dan beberapa jalan lainnya.

Pukul 11 malam, kami tiba kembali di hotel dan bersiap-siap untuk tidur.

Perjalanan 3: Pulau Kemaro

Kita beralih ke hari selanjutnya. Pagi hari pukul 10:00, kami check-out dari hotel. Kami langsung arahkan tujuan kami ke Pulau Kemaro.

Pulau Kemaro adalah sebuah delta (endapan) yang membentuk pulau di tengah aliran Sungai Musi. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung melewati wilayah PUSRI (Pupuk Sriwijaya), kemudian harus menyeberang dengan perahu kecil dari dermaga kecil yang terletak di dalam wilayah pabrik.

Bila ingin mencari jalan masuk ke Pulau Kemaro di Google Maps, pastikan mencari "Pelabuhan Ke Pulau Kemaro" agar dapat menemukan pelabuhan perahunya. Jangan bingung bila pelabuhannya terletak di dalam pabrik, karena memang begitulah lokasinya.

Bila ingin parkir di dalam pabrik, tinggal lapor saja "mau ke pulau Kemaro" ke satpam yang berjaga di posnya. Sesudah itu, pengunjung diperbolehkan parkir dan kemudian memesan perahu penyeberangan yang dikelola oleh masyarakat setempat.

Dengan harga Rp 250.000 per perahu (bisa lebih murah lagi bila jago menawar), pengunjung dapat menikmati suasana Pulau Kemaro dan berkeliling di sekitar aliran Sungai Musi, mengelilingi Pulau Kemaro.

Di Pulau Kemaro, pengunjung dapat bersantai, piknik, dan berfoto ria. Pengunjung juga dapat melihat Klenteng Hok Tjing Rio dan Pagoda berlantai 9. Keduanya bernuansa Tionghoa dan Buddha.

Bila hanya ingin bersantai dari hiruk-pikuk perkotaan, tidak disarankan untuk berkunjung ke Pulau Kemaro pada saat hari raya suku Tionghoa atau umat Kong Hu Chu, karena akan ramai pengunjung yang beribadah di Klenteng.

Namun bila anda ingin menikmati indahnya lampu dan pernak-pernik ala suku Tionghoa, waktu yang tepat untuk datang ke Pulau Kemaro adalah saat tahun baru Imlek hingga Cap Go Meh.

Perjalanan 4: Palembang Trade Center (PTC)

Palembang Trade Center adalah salah satu mall terbesar dan terlengkap di Palembang. Letaknya di Jl. R. Sukamto, tidak begitu jauh dari hotel tempat kami menginap.

Seperti mall lainnya, di PTC tersedia berbagai macam benda, mulai dari perlengkapan rumah tangga, baju bagus, elektronik, hingga sayuran segar. Ada juga berbagai jenis tempat makan.

Kami makan siang di salah satu restoran steak di PTC, namanya Steaky Steak. Tersedia steak ayam dan steak sapi yang disiram oleh berbagai macam bumbu, mulai dari BBQ hingga keju, seharga mulai dari Rp 28.000.

Perjalanan 5: Pempek Pak Raden

Selesai makan siang, kami masih ingin makan pempek. Selain itu, pempeknya juga ingin kami jadikan oleh-oleh. Kami membeli pempek di salah satu restoran pempek yang pernah kami kunjungi dan kami rasa pempeknya enak, yaitu Pempek Pak Raden.

Kami langsung meluncur ke Pempek Pak Raden Pusat di Jl. Brigjen HM. Dhani Effendi (disebut juga Jl. Radial), di sebelah sungai kecil dan dekat dari Transmart Radial Palembang.

Perjalanan 6: Jakabaring Sport City (JSC)

Hari sudah sore, sekitar pukul 16:00. Dari restoran Pempek Pak Raden, kami berpindah tempat ke Jakabaring Sport City, atau Kawasan Olahraga Jakabaring. Di tempat ini terdapat banyak fasilitas olahraga yang dulu digunakan saat Asian Games 2018. Salah satunya adalah Stadion Sepak Bola Gelora Sriwijaya yang menjadi markas utama Sriwijaya FC.

Untuk mencapai tempat ini dari Pempek Pak Raden, kami kembali ke Jl. Sudirman, lalu terus saja ke arah timur, melewati jembatan Ampera dan Jl. Gubernur H. Bastari.

Tarif masuk Jakabaring Sport City (Mei 2022) adalah:

  1. Orang: Rp 1.000 per orang
  2. Sepeda: Rp 2.000 per unit
  3. Sepeda motor: Rp 5.000 per unit
  4. Mobil: Rp 10.000 per unit
  5. Bus: Rp 40.000 per unit

Sebagai contoh, bila 2 orang saling boncengan sepeda motor masuk ke area Jakabaring Sport City, maka kedua orang itu harus membayar sebesar:

  1. 2 orang × Rp 1.000 = Rp 2.000
  2. 1 Sepeda motor: Rp 5.000
  3. Total: Rp 2.000 + Rp 5.000 = Rp 7.000

Di tempat ini, pengunjung dapat melakukan berbagai jenis olahraga, atau menonton pertandingan olahraga bila sedang ada kompetisi. Ada juga pengunjung yang melakukan piknik dan foto-foto. Karena kami harus melanjutkan perjalanan jauh kembali ke Lampung, kami tidak berolahraga dan hanya bersantai dan foto-foto.

Kembali ke Lampung

Pukul 18:00, kami keluar dari JSC menuju Jl. Lintas Timur, lalu masuk tol melalui gerbang tol Kramasan.

Komentar