Pengalaman menerima vaksin COVID-19, dosis pertama

Vaksin COVID-19
Vaksin COVID-19. Sumber: Pixabay[a]
kisah, vaksin, coronavirus, virus korona, covid 19, vaksinasi, suntik, sehat, efek samping, imunisasi, vaccine, vaccination, indonesia

Hari ini, 23 Juni 2021, saya resmi disuntik vaksin COVID-19 dosis pertama. Udah lama banget sejak vaksinasi terakhir (kalo nggak salah vaksinasi campak saat kelas 1 SD), sekitar tahun 2003-2004. Saya menerima vaksinasi bersama kedua orang tua saya.

Pendaftaran vaksinasi

Awalnya kami mendapat informasi vaksinasi dari teman ibu saya, kira-kira 2 minggu sebelum vaksinasi (10 atau 11 Juni 2021). Beliau mengirimkan informasi vaksinasi lewat japri/PC WhatsApp. Kami langsung saja mendaftar lewat link yang diberikan.

Link tersebut membawa kami ke sebuah formulir tentang data diri calon peserta vaksin, termasuk nama, NIK, tanggal lahir, usia, dan telepon. Langsung saja kami isi formulir tersebut dengan cepat dan benar.

Sebelumnya, kami sudah beberapa kali mendaftar vaksinasi lewat program yang dipromosikan oleh teman-teman ibu/bapak saya. Namun, selalu berakhir tanpa kepastian. kami tidak diberikan informasi sama sekali.

Kami juga pernah mendaftar lewat jalur pengurus RT/RW, namun pengiriman undangan vaksinasinya sangat mepet, bahkan di hari vaksinasi (beberapa jam sebelum vaksinasi), padahal kami sudah punya rencana sendiri hari itu.

Tentang penyelenggaraan vaksinasi

  • Vaksinasi diselenggarakan pada tanggal 22 sampai 24 Juni 2021 di RS Elisabeth Bekasi. Kami kebagian jatah vaksinasi pada tanggal 23 Juni.
  • Vaksin yang diberikan adalah CoronaVac (orang Indonesia lebih akrab dengan nama Sinovac) yang dibuat oleh Sinovac Biotech dari Tiongkok.
  • Program vaksinasi kali ini diprioritaskan untuk lansia (>60 tahun), pra-lansia (50-60 tahun), dan pendampingnya (minimal 18 tahun).
  • Tidak ada biaya yang dipungut untuk setiap dosis vaksin dan tidak ada biaya jasa penyuntikan vaksin. semuanya gratis.

Sebelum vaksinasi

Sebelum vaksinasi, tentunya setelah mendaftar, kami masih beraktivitas seperti biasanya. Kami masih bekerja, mengurus rumah, dan nonton Euro 2020 (walaupun TV logo ikan sempat error hehehe...), bahkan siaga banjir ketika TMA di pos pantau hulu sempat mencapai siaga 2. *Kalau dipikir-pikir, aneh juga ya, 5 tahun lalu, bulan Juni sudah kering kerontang, tahun ini kok masih bisa-bisanya siaga.

Lima hari sebelum vaksinasi, kami mulai merasa bingung karena sama sekali tidak ada konfirmasi pendaftaran/undangan dari panitia. Padahal biasanya bila kita mendaftarkan diri secara daring untuk event atau daftar akun, selalu dikirimkan SMS/email/pesan WhatsApp sebagai konfirmasi bahwa kita sudah terdaftar.

Kami sempat curiga bahwa vaksinasi ini abal-abal. Daripada mikir macam-macam, saya memutuskan untuk menghubungi organisasi penyelenggara (induknya, bukan panitianya) lewat email, untuk memastikan bahwa program ini tidak bodong, dan memastikan kami semua sudah terdaftar. Balasan penyelenggara menuntun kami langsung ke kontak panitianya (entah ketuanya atau humasnya atau siapanya, pokoknya panitia).

Saya langsung mengirim pesan WA ke panitia, untuk menanyakan kejelasan program. Untung saja panitia dengan cepat menjelaskan bahwa program ini adalah benar. Saya langsung lega, karena sebelumnya sudah mikir macam-macam, bahkan sampai mikir bahwa program ini bodong dan hanya mengoleksi data pribadi masyarakat.

Kebetulan beberapa hari sebelumnya, sering masuk SMS dan pesan WA aneh yang berisi link tidak jelas, yang juga bikin saya geleng-geleng dan berpikir, "dari mana mereka dapat nomor saya?". Namun sayangnya mereka belum dapat memberikan undangan kepada kami.

Beberapa hari setelah mendapat keabsahan program vaksinasi, belum ada juga pesan konfirmasi/undangan dari panitia vaksinasi. Kebetulan pada momen yang bersamaan, orang tua/nenek kami sedang sakit parah di kota yang berbeda. Kami takut tidak dapat bertemu dengannya bila sewaktu-waktu beliau harus kembali menghadap Yang Maha Kuasa. Kami telah merencanakan bila sampai sehari sebelum vaksin belum ada undangan juga, kami berniat pergi ke tempat nenek berada dan meninggalkan vaksinasi. Kami harus pergi secepatnya karena harus mengurus surat bebas COVID-19 dan sampai di sana pun harus karantina mandiri, sebelum dapat bertemu nenek.

Untung saja, dua hari sebelum vaksinasi (tanggal 21 Juni), undangan vaksinasi datang, dan kami diminta untuk hadir di rumah sakit pada pukul 08:00 WIB. Kami gembira dan lega karena jadwal vaksin sudah jelas. Dengan terjadwalnya vaksinasi kami, kamipun membatalkan rencana untuk mengunjungi nenek.

Kami langsung menjaga tubuh kami agar tidak sakit Selama dua hari kami selalu tidur cepat untuk menjaga agar fisik tidak kelelahan dan jatuh sakit, juga menjaga tekanan darah agar tidak lebih dari 130/90 mmHg (walaupun batas maksimal adalah 180/110 mmHg[1], kami ambil yang lebih sehat saja). Kami sampai tidak nonton Euro 2020. Saya bahkan tidur pukul 20:00 sampai 06:00. Sayangnya perut saya sempat bermasalah dalam 2 hari itu. Mungkin efek telat makan dan makan makanan pedas dua hari sebelumnya. Untung saja sehari kemudian sudah sehat lagi.

Hari Vaksinasi

Gedung vaksinasi
Gedung vaksinasi

Sayang sekali karena baterai HP yang sangat terbatas, saya tidak terlalu banyak mendokumentasikan tempat ini. Sedangkan saya harus tetap online karena menjadi contact person untuk keluarga kami, menghubungkan keluarga dengan panitia.

Kami tiba di tempat vaksinasi sekitar pukul 08:30. Kami langsung mengantri untuk verifikasi data. Antriannya sudah memanjang sampai parkiran, padahal vaksinasinya dilakukan di basement rumah sakit. Verifikasi data dilakukan oleh petugas dengan mencocokkan data di KTP dengan yang tertera di data pendaftar. Bila cocok, kami akan diberikan formulir seleksi vaksin.

Isi formulir

Formulir berisi beberapa pertanyaan terkait sakit penyakit yang pernah diderita serta kondisi tubuh saat ini. Calon penerima vaksin dapat menjawab dengan cara memberi tanda silang/tanda cek di kolom "Ya" atau kolom "Tidak", sesuai kondisi tubuh sebenarnya. Calon penerima vaksin wajib menjawab pertanyaan ini secara jujur. Pertanyaan yang diajukan berisi tentang (hanya secara singkat):
  1. Apakah pernah menerima vaksinasi (apa saja) dan setelahnya mengalami alergi berat? (dijawab bila ini adalah vaksinasi COVID-19 pertama)
  2. Apakah setelah vaksinasi COVID-19 pertama mengalami alergi berat? (dijawab bila ini adalah vaksinasi COVID-19 kedua)
  3. Apakah anda sedang hamil?
  4. Apakah anda mengidap penyakit autoimun (asma, lupus, dll)?
  5. Apakah anda mendapat pengobatan untuk gangguan darah atau penerima transfusi darah, atau pengobatan lainnya?
  6. Apakah anda memiliki penyakit jantung berat?
  7. Empat pertanyaan tambahan untuk lansia (≥60 tahun). bisa dilihat di formulir
Formulir
Formulir

Di bagian awal formulir ada kolom yang diisi oleh petugas setelah pemeriksaan suhu tubuh dan tekanan darah. Jika suhu tubuh melebihi 37,5°C, maka vaksinasi ditunda sampai sembuh.

Jika tekanan darah melebihi 180/110 mmHG, tekanan darah bisa diukur ulang setelah 5 sampai 10 menit kemudian. Jika masih tinggi, vaksinasi ditunda sampai tekanan darah mencapai 180/110 atau lebih rendah.

Kalau hari itu tekanan darah atau suhunya tidak turun juga, maka vaksinasi ditunda.

Bagian akhir formulir berisi tentang keputusan vaksin: bisa lanjut vaksin, tunda vaksin, atau vaksin tidak diberikan. Bagian ini diisi oleh dokter atau tenaga medis yang berwenang. Bila salah satu pertanyaan tentang riwayat penyakit dan kondisi tubuh tidak memenuhi syarat (dijawab "Ya"), maka vaksinasi dapat ditunda atau bahkan tidak dapat diberikan sama sekali.

Menunggu giliran

Kami menunggu giliran vaksinasi dengan mengisi formulir. Kami mendapat nomor antrian lebih dari 200. Total peserta ada 300 orang. Kami menunggu di luar supaya agak lebih segar. Setelah agak longgar, kami masuk ke ruang tunggu dan duduk di sana.

Mendekati pukul 12, tiba-tiba panitia mengumumkan bahwa pukul 12 sampai 13 istirahat siang. Kami agak kecewa karena kami harus menunggu lebih lama lagi, padahal sudah dari pagi kami di tempat, memenuhi undangan yaitu pukul 08:00 pagi. Kami juga kecewa dengan pengaturan waktunya. Andaikan waktu undangannya dibagi-bagi (misalnya ±100 orang pertama hadir pukul 07:30, ±100 orang selanjutnya hadir pukul 09:30, dan ±100 orang terakhir hadir pukul 12:30) maka kami tidak perlu berlama-lama ditempat.

Sehabis pengumuman istirahat, kami langsung keluar mencari makan siang. Saat itu sudah mulai lapar juga. Sekalian penyegaran setelah bosan menunggu. Cuaca hari itu mendung dan gerimis, jadinya, suhu udara tidak panas. Kami segera menyelesaikan makan dan langsung kembali ke ruang tunggu.

Dapat giliran vaksinasi

Setelah menunggu, akhirnya keluarga kami mendapat giliran vaksinasi. Kami dipanggil, kemudian dicek suhu dan tekanan darahnya. Syukurlah semuanya normal, suhu dibawah 37,5°C dan tekanan darah jauh dibawah 180/110 mmHG. Petugas sekali lagi memastikan data dan kontak kami telah sesuai supaya tidak salah sasaran.

Sebelum disuntik vaksin, dokter (atau tenaga medis berwenang) kembali memastikan bahwa kami layak divaksin dengan sekali lagi menanyakan pertanyaan yang ada di formulir, supaya benar-benar dijawab jujur dan tidak ada efek samping parah yang terjadi karena disuntik saat kondisi tubuh tidak layak. Setelah dinilai layak, kami disuruh menunggu giliran suntik.

Petugas kemudian memanggil saya untuk disuntik vaksin, setelah sebelumnya bapak saya yang disuntik. Saya disuruh untuk duduk rileks, bersandar ke kursi, sambil mengangkat lengan baju. Petugas lalu membersihkan bagian kecil lengan kiri saya dengan alkohol swab hingga steril, agar tidak ada infeksi yang tidak diinginkan setelah disuntik. Petugas lalu menyuntikkan vaksin ke tubuh saya lewat lengan kiri, dan..... hampir tidak terasa sama sekali! Entah lengan saya yang makin keras atau karena jarum suntiknya makin bagus, jadi tidak sakit, atau penyuntiknya bisa menyuntikkan tanpa kena saraf tubuh. Tidak ada rasa sakit, hanya seperti ada yang menyentuh lengan kiri saya. Testimoni juga nih buat yang takut disuntik, jarum suntiknya enggak sakit kok.

Menerima kartu vaksinasi dan pulang

Pasca disuntik, kami diwajibkan untuk menunggu selama 15 sampai 30 menit. Ini bertujuan supaya kami bisa langsung diperiksa dan diberikan tindakan oleh dokter bila terjadi efek samping yang berat. Kami manfaatkan momen ini untuk berfoto ria di photo booth yang tersedia.

Lima belas menit telah berlalu, satu per satu dari kami dipanggil oleh petugas untuk mendapatkan kartu vaksinasi. Kartu vaksinasi, yang berbentuk lembaran kertas HVS A4, berlaku sebagai tanda bahwa kami sudah divaksin COVID-19 dosis pertama, dan harus mendapatkan dosis kedua paling cepat pada tanggal yang telah ditetapkan di kartu. Di kartu juga tercantum jenis vaksin dan batch-nya.

Kami langsung pulang setelah menerima kartu vaksin. Petugas juga memberikan bingkisan berisi makanan ringan dan minuman kepada kami sebelum keluar dari gedung.

Efek samping

Sampai di rumah, kami langsung mandi hingga bersih. Saat perjalanan pulang, mandi, dan 2 jam berikutnya, tidak ada efek samping yang kami rasakan.

Efek samping 1: Ngantuk, badan berat

Saat hari sudah sore (pukul 16), kami merasa bahwa tubuh kami agak berat, malas beraktivitas. Bahkan saya sangat mengantuk, namun tidak bisa tidur. Selama 3 hari kami merasakan gejala ini.

Efek samping 2: Pegal-pegal dan demam seperti meriang

Pada malam hari, sekitar pukul 20:00, badan saya agak pegal-pegal, lalu 1 jam berikutnya, saya mulai demam dan mengigil. Saya lalu minum obat demam biasa dan langsung tidur sesuai anjuran dokter bila ada efek samping. AC kamar saya matikan, tidak pasang kipas, pakai selimut, dan berpakaian tebal saking menggigilnya. Demam hanya terjadi saat malam setelah divaksin, dan hanya pada saya.

Efek samping 3: Lapar

Entah ini benar-benar salah satu efek samping yang telah diteliti atau bukan, tapi ini benar-benar terjadi pada saya. Lapar, kadang-kadang sangat lapar, kadang-kadang tidak terlalu lapar tapi tubuh sudah gemetaran. Biasanya tubuh saya gemetaran setelah sudah sangat lapar.

Lapar juga muncul lebih sering, bahkan tengah malam. Biasanya saya bisa menahan lapar saat tengah malam, namun tidak tertahankan ketika malam ke-1 sesudah vaksin.

Saya terpaksa bangun dan makan nasi dengan lauk mie instan untuk menutupi rasa lapar, karena tidak ada makanan lain lagi. Keesokan harinya, lapar juga muncul pada jam yang biasanya saya tidak lapar, padahal makan tetap cukup dan rutin seperti biasanya. Frekuensi lapar yang lebih sering ini berlangsung sampai dengan 2 hari.

Saat post ini dikirim, sudah 3 hari sejak vaksinasi. Efek samping sudah hampir semua hilang, tapi ngantuk masih sedikit ada. Yang lainnya sudah kembali normal.

Vaksinasi dosis kedua

Sesuai keterangan di kartu vaksinasi, Jatah vaksin dosis kedua akan saya dapatkan pada tanggal 21 Juli 2021, di tempat yang sama.

Referensi

Sumber gambar

Komentar