Pada akhir bulan Mei 2021, ibu saya ditunjuk jadi petugas pengganti untuk pendataan SDGs di RT saya, setelah petugas sebelumnya, yang merupakan relawan non pengurus RT/RW, mengundurkan diri dan terjadi sedikit miss. Karena ibu saya adalah seorang pengurus RT, maka otomatis beliau diminta oleh koordinator RW untuk mengambil alih tugas ini, walaupun deadlinenya sudah sangat mepet. Ibu minta bantuan saya untuk mengedarkan kuesioner dan menginput hasilnya ke server. Maka saya pun menjadi asisten beliau dalam menjalankan tugas ini. Jadi ibu saya menyandang status petugas pengganti, dan sayapun secara tidak resmi telah menjadi "asisten petugas". Ya, tidak resmi karena nggak punya surat tugas/surat keputusan.
Sekilas Tentang SDGs
Sustainable Development Goals atau biasa disingkat SDGs (Bahasa Indonesia: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) adalah sebuah agenda internasional yang memiliki 17 tujuan untuk mengetahui dan mengatasi masalah-masalah pembangunan di dunia, termasuk air, energi, iklim, transportasi, kependudukan, sains, dan teknologi, demi keselamatan dan kesejahteraan manusia[1]. Ketujuhbelas tujuan itu dapat dilihat di sini: https://sdgs.un.org/goals
Pendataan SDGs Desa di Indonesia
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (disingkat Kemendesa atau Kemendesa PDTT) mulai mewujudkan SDGs ini melalui pendataan SDGs desa. Agenda ini dimulai tanggal 1 Maret 2021 dan dijadwalkan selesai pada tanggal 31 Mei 2021. Pendataan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pengurus RT dan RW, dan dapat melibatkan masyarakat yang bersedia menjadi relawan pendata. Ada beberapa agenda yang harus diikuti oleh petugas pendata SDGs desa, yaitu mulai dari latihan pengumpulan dan input data, kemudian melakukan pengumpulan data baik dengan membagikan kuesioner maupun turun langsung untuk membantu pengisian kuesioner, lalu menginput data ke server SDGs melalui aplikasi Android Pendataan SDGs Desa[2].
Agenda pertama (pelatihan) tidak kami lakukan sesuai prosedur karena ibu saya baru diminta sebagai pengganti saat mepet deadline (31 Mei). Kondisi yang sangat mepet dan tahapan yang dimulai dari nol mendorong kami untuk bekerja ekstra cepat untuk mempelajari prosedur, memahami dan mempersiapkan kuesioner serta input data ke server. Kami pun di-training langsung di rumah oleh koordinator RW dan petugas RT lain. Karena harus mempersiapkan segalanya, maka kami baru mulai membagikan kuesioner pada tanggal 31 Mei.
Kuesioner
Ada 2 jenis kuesioner yang dibagikan, yaitu kuesioner keluarga dan kuesioner individu
Kuesioner keluarga berisi data umum keluarga dan tempat tinggal yang dihuni, termasuk data dan kontak kepala keluarga, status kepemilikan rumah, fasilitas yang ada di rumah (listrik, air, sumber energi untuk memasak, pembuangan sampah, pembuangan limbah), sampai jarak rumah ke fasilitas terdekat (kesehatan, sekolah, perguruan tinggi, tempat rekreasi) dan ke tempat kerja utama. Isi dipertanggungjawabkan oleh kepala keluarga.
Kuesioner individu berisi data pribadi, yaitu nama dan kontak masing-masing anggota keluarga, pekerjaan, penghasilan, penyakit yang diderita (setahun terakhir), sampai pendidikan terakhir. Masing-masing anggota keluarga bertanggung jawab atas isi dari kuesioner individu masing-masing.
Pelaksanaan
Perlengkapan
Kami dibekali dengan name tag serta seragam sebagai identitas. Kami juga diberi uang transport untuk menanggung biaya yang dibutuhkan, sayangnya hanya cukup untuk pulsa, tidak untuk fotokopi.
Pembagian kuesioner
Kami membagikan kuesioner secara door to door. Pembagian dimulai pada pagi hari mendekati pukul 10.00 WIB. Beberapa penduduk sudah berangkat kerja sehingga kuesioner untuk mereka harus dibagikan pada sore/malam hari. Ada juga yang berprofesi sebagai guru (kedengeran suaranya saat ngajar), jadi kami lewatkan dulu. Ada juga yang masih ngorok (padahal udah jam 10 lebih loh). bahkan ada juga yang mencurigai kami sebagai sales door to door sampai-sampai kami dijudesin. Ada juga penduduk yang sedang sakit sehingga kami tidak boleh berlama-lama mengobrol dengannya walaupun keluarga kami akrab dengan mereka, mengingat survei ini dilakukan pada masa pandemi COVID-19, apalagi gejala sakitnya mirip gejala umum COVID-19 (minus sesak napas). Untungnya keluarga itu sudah coba swab test dan hasilnya negatif. Nantinya warga akan mengisi kuesioner secara mandiri dan (harusnya) sesuai keadaan sebenarnya.
Kami juga membantu pengisian bagi keluarga yang dihuni oleh orang lanjut usia dan hanya sendiri, atau tinggal bersama cucunya karena keluarganya bekerja di tempat yang jauh. Tentunya tetap menjaga protokol kesehatan dengan menjaga jarak, membersihkan tangan, memakai masker, dan tidak masuk ke dalam rumah, hanya di teras. Kami melakukan wawancara sesuai isi kuesioner. Dalam hal ini kami harus bersabar karena harus mewawancarai orang lanjut usia yang tentunya daya ingat, daya tangkap, dan daya pikirnya tidak seprima kala ia masih muda.
Setelah kuesioner dibagikan dan diisi, masing-masing keluarga mengumpulkan kuesionernya. Ada juga yang langsung mengembalikan pada hari yang sama dengan pembagian. Isi kuesioner yang mereka input kemudian saya upload ke server melalui aplikasi yang sudah disediakan.
Tentang aplikasi dan input data
Kami melakukan input data melalui aplikasi Pendataan SDGs Desa yang dikembangkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia di sistem Android. Kami melakukan input tidak di HP/tab berbasis Android, namun di laptop menggunakan sistem operasi Bliss OS yang berbasis Android. Area kerja di HP/tab kami anggap terlalu kecil sehingga kami menggunakan laptop saja.
Kami masuk ke aplikasi lalu login menggunakan ID petugas sebelumnya. Kemudian kami tinggal memasukkan saja informasi yang diminta. Kami mulai memasukkan data langsung tanggal 31 Mei, hari yang seharusnya menjadi deadline input data SDGs bila kami mendapatkan tugas ini lebih awal. Karena hari terakhir, maka lalu lintas upload pun menjadi lebih padat, mengingat kebiasaan banyak orang yang sering melakukan sesuatu pada saat deadline.
- Kestabilan aplikasi. Aplikasi seringkali not responding setelah menginput lebih dari 5 data. Aplikasi juga beberapa kali mengeluarkan pernyataan bahwa "User" (petugas) telah dinonaktifkan atau dipindahkan desanya, sehingga harus login ulang. Padahal tanpa login ulang pun petugas masih bisa melanjutkan input data.
- Data yang sudah diinput kadang berubah sendiri menjadi pilihan default
- Interface yang memancing petugas untuk salah input:
- Input kuesioner keluarga dan individu berada pada menu yang berbeda, yang malah lebih membingungkan petugas.
- Dalam pengisian kuesioner keluarga, seringkali muncul hasil input dari data sebelumnya, terutama pada bagian jarak-jarak. Di situ hanya tertulis keterangan belum/sudah diupload. Tidak jelas apakah itu adalah saran pengisian, atau bagaimana.
- Setiap ada perbaikan input data terutama nama, NIK, dan no. KK, aplikasi berpikir bahwa itu adalah input baru, padahal saya hanya membetulkan NIK yang salah ketik. Akhirnya di daftar hasil input yang belum diupload (penyimpanan internal), nama orang itu tercantum 2 kali.
- Di dalam aplikasi, banyak pertanyaan yang tidak tercantum di kuesioner, seperti:
- Usia menikah suami/istri
- Apakah pernah melahirkan selama setahun terakhir?
- Apakah pernah mendapatkan pelayanan desa selama setahun terakhir?
- Apakah pernah mengalami bencana selama setahun terakhir? Apakah menerima bantuan pemenuhan kebutuhan karena bencana itu?
- Pengeluaran keluarga dalam sebulan
- dan masih banyak lagi, walaupun hanya segini yang saya sebutkan
Kesan-kesan
Melalui pelaksanaan tugas ini, kami jadi lebih kenal tetangga, bukan hanya di kiri, kanan, dan depan, tetapi juga tetangga yang lokasinya agak jauh.
Karena melakukan tugas ini, kami jadi sedikit lebih paham bahwa beberapa orang mungkin lebih beruntung dari kami dalam menjalani kehidupan, dan beberapa lebih tidak beruntung. kami menyadari ini setelah melihat kolom penghasilan, kolom keadaan rumah, dan kolom penyakit.
Pelaksanaan dan data
- Dari sisi penyelenggara (pemerintah pusat/daerah) menyediakan sarana prasarana yang kurang, terutama dalam pelaksanaan hal ini adalah cara aplikasi untuk input data yang tidak nyaman (Kami tidak bisa menilai sejak awal agenda pendataan SDGs karena baru mulai melaksanakan tugas tepat di akhir agenda yang seharusnya).
- Dari sisi petugas, kurangnya koordinasi, rasa tanggung jawab, kurangnya komunikasi, dan kurang teliti dalam menginput data.
- Dari sisi responden (warga) seringkali tidak memberikan data yang sebenar-benarnya, malas ngisi, atau lebih parah lagi ngarang. Entah karena nggak paham atau ngarang supaya bisa dapat bantuan.
Sebelumnya kami mendengar banyak keluhan dari petugas input data (di desa kami adalah ibu-ibu PKK). Sebelumnya saya berpikir mungkin karena ibu-ibu ini kurang mahir dalam menggunakan teknologi. Namun setelah mencoba beberapa kali menginput, sayapun jadi lebih ngerti tentang kepusingan mereka saat input data, apalagi harus berhadapan dengan ratusan lembar kuesioner.
Saran
Bagi siapapun yang menyelenggarakan survey semacam ini, mohon diperhatikan kesiapan kuesioner dan kesiapan aplikasinya, agar masalah-masalah di atas tidak terjadi.
Bagi petugas, untuk pendataan ini maupun pendataan/survey apapun di masa yang akan mendatang, semua masalah harap dikomunikasikan dengan baik agar tidak terjadi miss seperti yang dialami lingkungan kami.
Bagi siapapun yang menjadi responden, mohon agar memberikan data yang jujur, tidak ngarang.
Semoga bagi pengembang aplikasi ini, apabila melihat review aplikasi di atas serta banyaknya keluhan-keluhan di Google Play Store[3], mohon dijadikan pembelajaran/saran, soalnya sudah terlanjur selesai agendanya. Dan bagi entitas lain yang ingin mengadakan program serupa, mohon aplikasinya benar-benar diuji terlebih dahulu, benar-benar diawasi dalam pembuatannya, dan dana yang dialokasikan benar-benar dimanfaatkan untuk pengembangan aplikasi, supaya bisa lebih bagus dan lebih nyaman.
Oh iya, menurut saya harusnya tugas ini dilakukan oleh petugas yang direkrut lembaga dari luar lingkungan. Saya yakin, kalau petugas yang meminta data itu berasal dari luar lingkungan, warga akan menjawab pertanyaan dengan agak lebih jujur. Bila petugas berasal dari lingkungan yang sama, mungkin ada rasa "takut masalah yang ada diomongin" oleh orang se-RT (karena ada beberapa pertanyaan yang bersifat sensitif seperti pekerjaan, penghasilan, penyakit yang diderita, dll. Namun karena pandemi COVID-19, membawa orang luar masuk ke rumah akan menaikkan resiko penyebaran COVID sehingga informasi terpaksa harus didapatkan dengan cara menjawab pertanyaan dengan mengisi formulir secara mandiri dan dikoordinasi oleh petugas yang berasal dari lingkungan yang sama.
Referensi
- [Dalam Bahasa Inggris] Persatuan Bangsa Bangsa. The 17 Goals. https://sdgs.un.org/goals diakses pada WIB (UTC+7)
- Kemendesa PDTT. Pendataan SDGs Desa 2021. https://sdgsdesa.kemendesa.go.id/pemutakhiran-data-sdgs-desa/ diakses pada WIB (UTC+7)
- Review Aplikasi Pendataan SDGs Desa. https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kemendes.survey&showAllReviews=true diakses pada WIB (UTC+7)
Sumber gambar
- Top/hero image: Andreas Breitling (username andibreit) on Pixabay. https://pixabay.com/photos/survey-opinion-research-voting-fill-1594962/.
Komentar
Posting Komentar