Review kapal ekspress (eksekutif) Bakauheni–Merak

thumb

Pada akhir bulan Oktober, saya dan keluarga memutuskan untuk mengunjungi rumah saudara saya di Lampung. Di tempat saudara saya, ada nenek saya. Saat ini, nenek saya sudah berusia hampir 90 tahun dan dalam keadaan sakit keras, sehingga perlu perhatian lebih.

Kami berada di Lampung selama 1 minggu, sampai dengan awal November. Setelah 1 minggu di sana kami pulang kembali ke rumah di kawasan Jabodetabek.

Saat menyeberang dari Sumatera (Bakauheni) ke Jawa (Merak), kami mencoba untuk menikmati kapal ferry kelas ekspres. Kami sebelumnya mendengar dari orang lain atau media digital bahwa kapal kelas ekspres memiliki fasilitas dan pelayanan yang lebih bagus, serta perjalanan yang lebih cepat. Tentunya dengan harga tiket yang lebih mahal. Di perjalanan kali ini, kami berniat untuk membuktikan apakah perjalanan ekspres sesuai dengan yang mereka katakan atau tidak.

Video

Cerita dalam post ini versi video, diupload di channel pribadi saya. Mari di tonton dan subscribe!

Sekilas tentang penyeberangan kelas ekspres

Penyeberangan ferry kelas ekspres, kadang disebut kelas eksekutif — sampai saat tulisan ini dipost — bisa dibilang masih (relatif) baru di rute Merak–Bakauheni dan sebaliknya, karena baru diresmikan pada bulan Maret 2019.. Untuk memesan tiket eksekutif/ekspres, sama seperti penyeberangan lainnya, dapat menggunakan aplikasi Ferizy (online). Saat ini, loket masuk tidak lagi menyediakan penjualan tiket.

Harga tiket kapal ekspres lebih mahal dari yang reguler. Untuk penumpang golongan IVA (penumpang dengan mobil pribadi), harga tiketnya adalah Rp588.000. Lebih mahal Rp169.000 daripada kapal reguler yang seharga Rp419.000.

Untuk naik ke kapal ini, penumpang dapat naik melalui dermaga eksekutif yang terpisah dari dermaga reguler. Sebelum masuk ke kapal, penumpang juga dapat mampir ke anjungan/mall khusus, untuk makan, ke toilet, atau mengikuti rapid test (tes cepat) antigen.

Fasilitas kapal yang didapatkan juga lebih bagus. Penumpang dapat menikmati ruangan AC yang tetap dingin walaupun penuh (asalkan pintu keluar ditutup). Tersedia juga akses internet (WiFi) di ruangan. Ruangan ini dapat dinikmati tanpa harus membayar lagi. Namun untuk membeli makanan atau minuman tetap perlu membayar. Selain fasilitas lebih, waktu perjalanan juga diklaim lebih cepat dari kelas reguler.

Pengalaman saya

Pengalaman saya naik kapal ekspres/eksekutif dari Bakauheni ke Merak. Mulai dari membeli tiket hingga turun dari kapal.

Beli tiket

Beli tiket kapal di aplikasi Ferizy. Waktu di tiket paling mepet harus 2 jam sebelum masuk pelabuhan, boleh lebih lama. Saya beli tiket ketika masih di Jl. Lintas Sumatera dari Tarahan arah Kalianda.

Masuk pelabuhan

Kami memasuki pelabuhan masih sore, sekitar jam 4. Di loket penjagaan, saya sebagai supir langsung menunjukkan tiket ke petugas. Jika tidak ada halangan, penumpang langsung menerima boarding pass lalu mengantre masuk kapal. Namun, bila seperti kami — lupa menyiapkan hasil tes negatif rapid antigen, penumpang diarahkan dulu masuk ke Mall (Anjungan Agung) Pelabuhan Bakauheni untuk melakukan rapid test antigen.

Update MARET 2022
Sesuai dengan aturan terbaru, penumpang yang sudah vaksin minimal 2x tidak perlu tes antigen/PCR lagi. Untuk post lengkapnya, kunjungi halaman "Vaksin sudah lengkap, bepergian bebas tes antigen/PCR dengan syarat berikut"

Anjungan Agung

Parkir ke mall Anjungan Agung Bakauheni wajib membayar lagi. Saya lupa tarif parkirnya, sepertinya Rp5000 (mobil). Di Anjungan agung, penumpang bisa ke toilet, makan, beristirahat sejenak, atau melakukan rapid test antigen. Setelah rapid test, penumpang juga dapat mencetak boarding pass di sini dengan menunjukkan hasil negatif tes antigen dan tiket yang sudah dipesan. Rapid test diberi harga Rp85.000 saat itu. Disini, kami langsung melakukan rapid test antigen dan syukur, mendapatkan hasil negatif.

Catatan: seharusnya setelah tes antigen, kami melakukan pencetakan boarding pass di lantai 2. Namun karena petunjuk arah yang luput dari pandangan kami, kami kelupaan mencetak pass.

Antre masuk kapal

Setelah selesai tes antigen, kami langsung saja ke antrean kapal. Hari itu banyak mobil yang akan menyeberang ke Merak, mungkin karena pengaruh weekend banyak yang mudik atau jalan-jalan. Namun sepertinya saat hari biasa pun, penyeberangan kelas ekspres juga ramai. Mungkin memang lebih diminati orang, atau masih banyak yang ingin mencoba penyeberangan kelas ekspres.

Saat itu, ada kapal — namanya KMP Batumandi — yang sedang menaikkan penumpang. Namun sebelum kami masuk, kapal sudah penuh, sehingga kami harus naik kapal berikutnya yang berangkat pukul 7 malam.

Pukul 18:23, kapal selanjutnya: KMP Sebuku, tiba di dermaga. Lima menit kemudian, kapal mulai menurunkan penumpang dan kendaraan sampai kosong. Ketika kapal siap diisi kembali, antrean kami mulai dipersilakan masuk ke kapal. Sampai tibalah giliran kami.

Balik ke anjungan untuk cetak boarding pass

Saat masuk, penumpang selalu diminta boarding pass-nya. Sedangkan saat itu kami belum sempat cetak boarding pass karena kurang paham dan kurangnya petunjuk di anjungan. Kami pikir semuanya sudah terkontrol lewat aplikasi. Saya terpaksa lari-lari ke anjungan di lantai 2 untuk cetak pass, membawa tiket di aplikasi dan hasil tes antigen. Sebaliknya dari anjungan saya sudah ngos-ngosan. Kami langsung saja masuk kapal setelah mencetak pass. Saat itu, waktu menunjukkan pukul 19:00.

Di parkiran kapal

Berbeda dari kapal reguler yang kami naiki saat ke lampung, kapal kali ini penuh. Loading kapal juga lama karena banyaknya penumpang. Mungkin penumpangnya banyak karena weekend. Namun bisa jadi juga karena ferry ekspres masih hype. Saat kemarin berangkat ke lampung, antrean loket masuk dermaga eksekutif Merak juga lebih ramai daripada dermaga reguler.

Kami tinggal di mobil sejenak untuk makan malam. Selagi makan malam, pukul 19:20, kapal berangkat.

Fasilitas kapal

Habis makan, saya duluan keliling kapal untuk melihat situasi. Tempat pertama yang saya datangi adalah ruangan penumpang. Saya juga berkeliling ke tempat lain. sampai ke bagian atas.

Sekali lagi, untuk masuk ke ruangan atau menikmati fasilitas, tidak ada biaya tambahan yang dipungut. Namun harus tetap membayar untuk membeli makan dan minuman.

Ruangan penumpang ber-AC

Ada 3 ruangan penumpang tertutup di kapal ini. Dua di antaranya diberi nama bunga, yaitu Bougenville dan Cattleya.

Saya masuk ke ruangan penumpang utama (Bougenville). Di dalam terdapat banyak tempat duduk berjejer. Desainnya mirip ruang penumpang di pesawat, namun dengan meja di tengah-tengahnya. Ruang itu penuh (untuk ukuran pembatasan sosial masa COVID-19). ACnya saat saya baru masuk betul-betul terasa dingin sampai ke tulang. Namun setelah terbiasa dan karena pintu keluar yang terbuka terus, ruangan jadi terasa tidak terlalu dingin lagi.

Ada lagi ruang penumpang lainnya. Gayanya lebih mirip café. Namanya adalah ruang Cattleya. Di sini terdapat penjual makanan, dan tempat charge/ngecas HP yang gratis. Saat itu café dipenuhi penumpang, dan terasa lebih ramai karena ruangannya lebih kecil dari ruangan utama.

Ada juga ruang penumpang yang dapat digunakan untuk lesehan dan tidur. Ruang ini dinamai ruang supir. Sepertinya penggunanya kebanyakan supir perjalanan jauh, terutama supir bus dan supir truk angkutan barang.

Di setiap ruangan terdapat toilet untuk pria dan wanita. Toiletnya bersih dan adem. Ada juga toilet khusus penyandang disabilitas. Tapi... bisa dilihat sendiri keadaanya di gambar berikut.

Di setiap ruangan juga tersedia koneksi internet WiFi. Namun entah kenapa, saat itu walaupun statusnya tersambung, tidak ada koneksi internet. Mungkin memang tidak berfungsi, atau banyak yang menggunakannya sehingga saya "tidak kebagian".

Ruangan penumpang terbuka

Selain ruang ber-AC, ada juga ruang terbuka yang dapat dijadikan tempat duduk dan bersantai. Terdapat juga penjual makanan dan minuman. Gaya ruang ini mirip kantin, ada kursi dan meja makan.

Di ruang terbuka tingkat paling atas, penumpang bisa bersantai-santai ditemani tiupan angin dari laut. Penumpang juga bisa bergaya ala-ala Jack dan Rose saat pelukan di film Titanic.

Menunggu tiba di Merak

Setelah puas berkeliling, kami kembali ke mobil untuk menikmati sisa waktu perjalanan. Kami tidak jadi nongkrong di ruang AC atau ruang terbuka, karena agak penuh.

Tiba di Merak

Pukul 20:50, 1,5 jam setelah keberangkatan, kapal tiba di pelabuhan Merak. Satu per satu kendaraan keluar dari kapal. Kami dapat giliran keluar pukul 21:11.

Di jalan keluar, terjadi penumpukan kendaraan yang membuat jalan keluar jadi macet. Untuk keluar dari dermaga eksekutif, ternyata dibelokkan dulu ke arah area utama pelabuhan Merak. Kendaraan dari dermaga eksekutif ketemu dengan kendaraan dari dermaga reguler di jalan yang agak sempit, sehingga menimbulkan kemacetan.

Review

Kapal ekspres atau eksekutif sebenarnya adalah inovasi yang bagus. Penumpang diberikan pilihan untuk menikmati fasilitas premium dan durasi perjalanan yang lebih singkat daripada reguler. Dan memang perjalanan kami terbukti lebih cepat, dengan durasi 1,5 jam. Bandingkan dengan kelas reguler yang perjalanannya berdurasi 2 sampai 3,5 jam.

Namun setelah kami coba, ternyata masih banyak yang harus diperbaiki dari layanan kelas ekspres di rute Merak-Bakauheni. Mungkin karena ini adalah hal yang lumayan baru di rute Merak-Bakauheni. Bila tidak diperbaiki, perjalanan kelas ekspres atau eksekutif akan terasa sama saja dengan kelas reguler, namun dengan harga yang lebih mahal.
  1. Desain mal Anjungan Agung Bakauheni (terminal keberangkatan): Cetak boarding pass harusnya di lantai 1, dekat ruangan rapid test, karena penumpang tidak lewat lantai 2. Bila harus di lantai 2, harusnya buat petunjuk yang jelas dan mudah dilihat. Lebih bagus lagi bila data check in dan hasil tes antigen langsung terintegrasi dengan data di Ferizy, sehingga tidak perlu cetak sana sini lagi dan menghemat penggunaan kertas.
  2. Jumlah penumpang sebaiknya dibatasi, apalagi dengan kapal yang berkapasitas lebih besar. Bila kapasitas kapal tetap dipenuhi (100%), tidak akan terasa aura "ekspres" atau "eksekutif"-nya. Sama saja dengan reguler. Bila kapal penuh, waktu loading dan mengosongkan kapal akan lebih lama. Bila perjalanan memakan waktu 1,5 jam, maka total waktu perjalanan mulai dari loading sampai turun bisa lebih dari 2 jam, akhirnya durasi perjalanan sama saja dengan kelas reguler. Mungkin untuk mewujudkan hal ini, dapat dibantu dengan membuat dermaga baru dan menambah armada kapal ekspres.
  3. Fasilitas di kapal harusnya lebih diperhatikan. Contohnya bila kapal menyediakan wifi, pengelola harus merawatnya agar tetap dapat dinikmati penumpang. Agar Rp588.000 tidak sia-sia.

Di sisi lain, saya rasa, layanan ini lebih cocok diberi nama kelas eksekutif, bisnis, atau nama lain yang bisa menggambarkan upgrade kelas (non reguler) daripada menggunakan nama "Ekspres". Kelas Ekspres dalam pikiran saya berarti perjalanan jauh lebih cepat. Saya pikir waktu perjalanan bisa dipersingkat hingga 1 jam. Ternyata hanya lebih singkat setengah jam, dan sepertinya mustahil lebih ngebut lagi karena alasan keselamatan. Ditambah dengan waktu menaikkan dan menurunkan penumpang. Semakin penuh kapal, semakin lama waktu menaikkan dan menurunkan penumpang.

Bila menyandang nama eksekutif, pengelola dapat mengunggulkan kenyamanan dan fasilitas di dalamnya. Walaupun perjalanan tetap sama atau hanya lebih cepat setengah jam, tetapi penumpang akan lebih betah di dalam, karena disuguhkan kenyamanan ekstra. Lebih cocok untuk perjalanan penyeberangan kapal seperti ini, daripada menggunakan nama ekspres lalu memaksakan ngebut.

Sumber informasi

    Komentar