Hari Senin, 14 Februari 2022, saya memutuskan untuk mengikuti Medical Check-Up (MCU) di rumah sakit, yang pertama kali seumur hidup. Saya mengikuti MCU bukan karena sakit, bukan karena sudah tua juga (saya masih 20an tahun), tetapi sebagai tindakan pencegahan saja, supaya bila ada penyakit dapat dideteksi terlebih dahulu dan dapat diobati dengan lebih murah. Kalau sempat sakit parah biaya pengobatannya bisa sangat mahal. Seluruh harta saya dan orang tua mungkin tidak akan cukup untuk berobat.
Tentang Medical Check-Up
Medical Check-Up (MCU) adalah kegiatan pemeriksaan tubuh secara luas sampai bagian dalam dengan mengandalkan alat-alat medis ataupun panca indera (minus indera perasa) dokter. Istilah lain dalam Bahasa Inggris adalah physical examination atau medical examination. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai tes kesehatan, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan medis.
Siapa yang perlu melakukan Medical Check-Up?
- Biasanya yang melakukan MCU adalah orang-orang yang mengidap penyakit dalam seperti penyakit jantung, paru-paru, liver, dll.
- Calon mahasiswa perguruan tinggi tertentu, calon pelamar kerja, atau calon politikus juga terkadang diminta untuk melakukan MCU, bahkan ditambah cek telinga-hidung-tenggorokan (THT), cek gigi, dan tes buta warna.
- Beberapa perusahaan mewajibkan dan membiayai Medical Check-Up bagi karyawannya.
Namun sebenarnya semua orang, walaupun masih merasa sehat dan tidak ingin mendaftar ke kampus/pekerjaan tertentu, boleh melakukan Medical Check-Up.
Masih sehat kenapa dianjurkan Medical Check-Up?
Saat ini banyak penyakit mematikan yang dapat berkembang di tubuh tanpa gejala, atau dengan gejala yang tidak jelas. Pembaca sekalian mungkin pernah mendengar cerita tentang seseorang meninggal tiba-tiba tanpa mengeluh sakit sebelumnya, atau mengeluh sakit di dada. Lebih ngeri lagi bila orang yang meninggal masih berusia muda, di bawah 35 tahun.
Bisa jadi, kondisi tersebut disebabkan oleh sakit jantung, baik penyakit jantung koroner atau gangguan jantung lainnya.
Sakit di dada, terutama dada sebelah kiri, adalah salah satu gejala sakit jantung. Tapi, ada penyakit lain yang bisa memiliki gejala mirip (sakit/nyeri di dada), yaitu kanker paru.
Karena hal itulah, tanpa pemeriksaan medis dan panduan dari dokter, Kita sendiri tidak boleh sembarangan menentukan sakit apa yang diderita. Contohnya bila kita merasa sakit di dada dan sembarangan menentukan bahwa itu sakit jantung, padahal sebenarnya mungkin karena masalah di paru-paru atau bagian dada lainnya, lalu dengan sembarangan pula kita minum obat sakit jantung. Sakitnya sembuh enggak, malah mungkin nambah sakit yang lain, ditambah kita menderita kanker lainnya, yaitu kantong kering alias gak punya duit.
Dengan melakukan Medical Check-Up, kita bisa mengetahui seberapa besar potensi penyakit dalam yang bisa saja dialami oleh tubuh. Penyakit dalam yang sudah sempat dialami (namun selama ini tidak kita sadari) pun bisa ketahuan, selagi belum parah. Selagi masih ringan, untuk menyembuhkan penyakit tersebut dokter bisa saja memberikan pengobatan yang ringan dan lebih murah. Bahkan beberapa kenalan ayah saya diberitahu oleh dokter bahwa mereka tidak perlu obat untuk sembuh, cukup berolahraga dan menjaga pola makan/hidup.
Dengan melakukan Medical Check-Up, ada atau tidak ada penyakit bisa membuat kita lebih tau dan terpacu dalam menjaga pola hidup, seperti makan, merokok, konsumsi alkohol, dan jadwal tidur. Kita juga dibimbing dan diedukasi oleh dokter yang bekerja di tempat itu.
Tempat
Seminggu sebelumnya, saya melakukan pencarian laboratorium, klinik, atau rumah sakit yang menyediakan layanan Medical Check-Up. Saya mencari info di Google dan aplikasi konsultasi dokter online. Akhirnya saya memilih Eka Hospital Cibubur dengan pertimbangan harga, kelengkapan layanan, dan jarak dari rumah.
Saat itu, Eka Hospital Cibubur sedang mengadakan promo Medical Check-Up dalam rangka menyambut Imlek. Dengan harga Rp1.299.000 dan DISKON sebanyak usia pasien, serta kelengkapan layanan, jarak yang tidak begitu jauh dari rumah, dan kondisi jalan yang lancar, saya merasa ini adalah salah satu good deal, pilihan yang cukup tepat.
Proses Medical Check-Up
Pendaftaran
Daftarnya cukup mudah, yaitu lewat chat WhatsApp. Setelah lewat panduan oleh operator dan pesan otomatis, saya mendaftarkan diri dengan mengirimkan nama, alamat, nomor telepon, tanggal MCU, dan paket layanan yang diambil. Pendaftaran dilakukan maksimal 1 hari sebelum Medical Check-Up (H-1).
Persiapan
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, yaitu:
- Tidur cukup
- Puasa (tidak makan, hanya boleh minum air putih) selama 10–12 jam. Karena jadwal Medical Check-Up saya jam 08:00, maka paling lambat jam 10 malam saya sudah tidak boleh makan.
- Beli sarapan, untuk sarapan setelah Medical Check-Up selesai, karena untuk paket ini tidak dapat sarapan gratis.
- Persiapan dokumen: KTP
- Masker medis/KN95, karena masih dalam masa pandemi.
Daftar ulang di rumah sakit
Daftar ulang di rumah sakit dianjurkan setengah jam sebelum check-up dimulai. Karena jadwal Medical Check-Up-nya jam 8 pagi, saya datang dan daftar ulang pukul setengah 8 (07:30). Karena ini pertama kali saya berurusan dengan Eka Hospital, saya diharuskan daftar pasien juga dengan mengisi form yang sudah tersedia. Saya juga diberi gelang pasien di tangan kiri. Selesai isi form, saya langsung menunggu giliran.
Akhirnya waktu menunjukkan pukul 08:00. Tibalah giliran saya untuk Medical Check-Up. Saya langsung masuk dan didampingi oleh seorang perawat/petugas.
Pengambilan sampel darah
Saya disuruh duduk di sofa. Untuk konfirmasi, saya diminta untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahir. Petugas lalu mengencangkan bagian lengan atas dengan sebuah sabuk. Mungkin supaya darahnya bisa mengalir keluar.
Petugas lalu menusukkan jarum dengan penghisap ke bagian tengah lengan saya dan memasang sebuah tabung sampel. Walaupun jarumnya terlihat lebih besar daripada jarum vaksin COVID, tapi nggak kerasa sakit. Bagi yang takut dengan jarum, tenang aja yaa... Setelah tabung 1 dirasa terisi cukup, petugas melepas tabung pertama dan memasukkan tabung kedua, lalu ketiga, dengan cara yang sama.
Pengambilan sampel urin
Saya diberikan sebuah tabung dengan kapasitas 50 mL. Saya harus buang air kecil (kencing/pipis) ke dalam tabung tersebut, tentunya dilakukan di toilet dan oleh diri sendiri. Sebagian urin yang keluar pertama harus dibuang terlebih dahulu, baru urin selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung sampai paling tidak 40 mL, kalau isi penuh lebih bagus. Sisanya bisa dibuang ke WC. Selesai pengambilan urin, sampel diletakkan di tempat pengumpulan sampel dan saya kembali ke ruang tunggu.
Pengukuran tekanan darah
Di ruang tunggu, saya langsung diarahkan ke tempat pengukuran tekanan darah. Di tempat Medical Check-Up, pengukuran tekanan menggunakan peralatan/mesin yang lebih besar. Berbeda dari poliklinik biasa yang menggunakan alat elektronik kecil atau alat ukur tekanan darah yang dipompa.
Alat deteksi tekanan darah ditempelkan di lengan atas. Posisinya sama seperti pengukuran tekanan darah saat berobat di klinik biasa. Sebuah capit kecil juga ditempelkan di ujung jari telunjuk.
Hasil pengukuran tekanan darah saya normal, masih sekitar 120/80 mmHg. Selain pengukuran tekanan darah, saya juga ditanya mengenai beberapa masalah kesehatan yang mungkin pernah dialami. Misalnya alergi obat, dan saya tidak pernah mengalami itu.
Pengukuran berat badan dan tinggi badan
Dari tempat ukur tekanan darah saya langsung diarahkan ke timbangan. Timbangan ini mengukur berat badan dan ada juga pengukur tinggi badannya. Pasien tinggal berdiri di timbangan dengan melepas barang yang sekiranya bisa memberatkan, seperti tas.
Rontgen Thorax (dada)
Selepas pengukuran berat badan dan tinggi badan, saya diarahkan ke lantai bawah, bagian radiologi. Di bagian radiologi, dada saya akan difoto dengan sinar X (rontgen/ronsen) sehingga organ dalam saya beserta kerusakan/ketidaknormalannya (bila ada) akan terlihat.
Sesampainya di bagian radiologi (dalam), sebelum pemeriksaan, saya harus membuka baju saya sehingga bagian dada dan perut terlihat. Saya harus menempelkan dada dan perut saya ke alat rontgen. Alat akan membaca bagian dalam tubuh saya dan nantinya akan disajikan dalam bentuk gambar.
Elektrokardiogram
Proses selanjutnya adalah Elektrokardiogram (EKG) untuk mengukur jumlah detak jantung dalam 1 menit serta mendeteksi ketidakteraturan detak jantung. Ruang EKG ada di belakang ruang tunggu MCU. Itu artinya saya harus naik lagi ke lantai atas.
Ketika sampai di ruangan, petugas langsung meminta saya untuk berbaring di tempat tidur. Baju dan kaki celana saya harus diangkat supaya dada dan pergelangan kaki terlihat, karena alatnya yang berbentuk capit harus dijepit di bagian itu. Tenang saja, capitnya nggak sakit sama sekali kok, dan nggak ada nyetrum sama sekali.
Ada beberapa capit yang ditempelkan, saya lupa jumlahnya. Capit-capit ditempelkan di dada bagian kiri, sedikit di atas kedua pergelangan tangan, dan sedikit di atas kedua pergelangan kaki.
Petugas kemudian mengukur detak jantung saya di mesin EKG. Saya yang diperiksa diminta tetap rileks dan santai. Setelah kira-kira satu menit, pengukuran selesai dan alat dilepas. Saya kembali ke ruang tunggu untuk sarapan.
Menunggu hasil laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium (periksa urin dan darah) selesai dalam waktu 2–3 jam. Selama itu, saya nunggu di ruang tunggu sambil makan nasi dengan lauk sate ayam.
Konsultasi dengan dokter
Tiga jam kemudian, hasil uji laboratorium keluar. Saya langsung dibawa oleh petugas sampai ke ruang dokternya.
Sebelum menjelaskan hasil Medical Check-Up, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik kembali dengan melihat bentuk tubuh (yang mungkin abnormal) dan melakukan pemeriksaan mata dan telinga. Bagian perut juga diraba dan ditekan, serta bagian pinggang dipukul-pukul ringan untuk mengecek apabila ada bagian yang sakit ketika disentuh. Karena bila ada yang sakit ada kemungkinan bagian dalamnya sakit.
Selesai pemeriksaan fisik, dokter kembali menanyakan nama dan usia, riwayat sakit, riwayat vaksinasi, riwayat alergi, dan keluhan-keluhan yang ada, sambil menjelaskan hasilnya. Untung saja tubuh saya masih normal hampir seluruhnya, kecuali asam urat yang tinggi.
Oleh dokter, untuk sementara saya dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kacang-kacangan, daging, ikan laut atau seafood lainnya, jeroan, dan beberapa sayuran hijau. Memang mungkin salah satu penyebab tingginya asam urat saya adalah karena sering makan tahu dan tempe dipadu dengan udang (hmmmm mantap betul).
Tahu dan tempe dibuat dari kedelai yang merupakan salah satu jenis kacang. Sedangkan udang adalah salah satu seafood. Ketiga makanan ini tinggi akan purin yang nantinya akan dibuang oleh tubuh dalam bentuk asam urat.
Penutup
Walaupun berurusan dengan jarum dan banyak mesin, Medical check-up itu nggak menakutkan. Nggak menegangkan juga. Malah setiap pasien MCU akan disambut dengan ramah oleh petugas dan dokter di klinik atau rumah sakit. Dan tentunya tidak ada yang nyetrum.
Jadi, cobalah sesekali ikuti Medical check-up di klinik atau rumah sakit terdekat, untuk mengetahui seberapa sehat tubuhmu. Bila memiliki uang lebih banyak, bagus banget bila melakukan MCU secara rutin setiap tahun.
Tips
Beberapa tips dari saya dalam mengikuti Medical Check-Up:
- Pakai baju yang mudah dilepas, karena beberapa kali harus membuka baju (rontgen dan EKG)
- Pakai baju/kemeja lengan pendek, supaya gampang saat pengambilan sampel darah dan pengukuran tekanan darah
- Pakai sendal atau sepatu yang mudah dilepas, untuk mempermudah lepas-pasang sepatu saat naik ke tempat tidur.
- Setiap pengujian, petugas hampir selalu menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir. Sebutkan saja, karena salah satu tujuannya adalah memastikan kalau orangnya benar sesuai nama yang ada di kartu pasien/gelang pasien.
- Jawablah dengan jujur bila ditanya tentang data diri, riwayat penyakit, keluhan, atau pertanyaan lain yang berhubungan dengan proses/hasil MCU. Supaya dokter dapat memberikan saran dan solusi yang tepat untuk mengatasi penyakit atau keluhan.
- Jangan segan-segan bertanya kepada petugas tentang proses yang sedang atau akan dilakukan.
Komentar
Posting Komentar