Tips mengurangi kerugian saat terjadi banjir

Banjir sudah menjadi agenda tahunan bagi sebagian masyarakat Indonesia, dan tiap tahun makin parah. Mulai dari kota besar, seperti Jakarta dan Bandung, sampai desa-desa telah menjadi langganan banjir.

Banjir menimbulkan kerugian yang banyak. Mulai dari tenaga, waktu, hingga materi. Sudah banyak barang-barang, seperti pakaian, perabotan, dan elektronik, yang rusak karena terendam banjir.

Sejak 2002, saya telah mengalami banjir kiriman setidaknya 10 kali. Yang terparah adalah saat Januari 2020. Namun tidak pernah terjadi banjir karena hujan lokal, karena sistem saluran airnya bagus.

Dengan makin parahnya banjir, masyarakat harus siap menghadapi macam-macam kemungkinan banjir, termasuk mereka yang belum pernah kebanjiran. Di bawah ini ada beberapa tips mempersiapkan diri dan rumah ketika terjadi banjir.

Persiapan sebelum musim banjir

Baca artikel "Persiapan di rumah sebelum musim banjir untuk mengurangi kerugian" untuk persiapan menghadapi banjir sebelum masuk puncak musim hujan (musim banjir).

Beberapa jam sebelum banjir

[Wajib] Memperhatikan peringatan banjir

Peringatan banjir biasanya datang dari warga yang tinggal paling dekat ke sungai, atau dari satpam komplek atau siskamling. Perhatikan apabila ada peringatan banjir di lingkungan. Bila ada, langsung lakukan upaya-upaya penyelamatan diri dan barang.

Kota besar seperti Jakarta (DSDA) dan Bekasi (KP2C - khusus daerah bantaran Cileungsi, Cikeas, dan Kali Bekasi) memiliki sistem peringatan dini banjir kiriman yang disediakan oleh pemerintah atau swadaya. Dengan adanya sistem peringatan dini banjir, potensi banjir dapat diketahui sejak 2 sampai 5 jam sebelum banjir dengan cara mengukur dan mencatat tinggi air (TMA) di hulu, sehingga waktu menyelamatkan diri dan menyelamatkan barang lebih banyak.

Kota-kota besar, terutama Jakarta sebagai ibukota negara, biasanya lebih disorot bila terjadi bencana. Bahkan 5 jam sebelum banjir ketika tinggi air di pos pantau hulu mencapai siaga 3, biasanya TV sudah menayangkan beritanya berulang-ulang. Suatu keuntungan untuk kamu yang tinggal di ibukota atau di bantaran kali yang mengalir ke ibukota.

Biasanya setiap mencapai tinggi beberapa cm atau meter ditandai dengan level siaga misalnya siaga 4, 3, 2, 1. Semakin besar angkanya (3 atau 4), berarti level siaga lebih rendah dan potensi banjir semakin rendah. Semakin kecil angkanya (2 atau 1), semakin mungkin terjadi banjir dan dampak yang ditimbulkan semakin parah.

Peringatan dini banjir biasanya disampaikan lewat media sosial, whatsapp, SMS, atau lewat petugas di lingkungan masing-masing. Ikuti perkembangan informasi tinggi air setiap 15-30 menit sekali, sambil lakukan upaya-upaya penyelamatan diri dan barang. Atau ikuti aba-aba mengungsi dari koordinator peringatan dini banjir atau warga setempat.

Mengungsikan barang

Bila telah mendengarkan peringatan banjir, Pindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi, atau letakkan di rak dan gantungan yang sudah disiapkan. Bila di tempatmu terjadi banjir lokal (karena hujan deras yang lama di tempatmu), langsung ungsikan barang ketika hujan tidak reda dalam waktu lebih dari 2 jam.

Perhatikan barang-barang tertentu, terutama yang dapat terbakar atau meledak bila posisinya berubah dan terbentur. Misalnya tabung gas. Jangan sampai kelupaan. Bila kelupaan, terjadi benturan atau kebocoran dan meledak, rumah bisa terbakar dan kerugian akan jauh bertambah banyak.

Jangan lupa untuk mengamankan sebagian baju dan tempat tidur darurat di tempat terpisah, supaya setelah banjir masih ada stok baju dan bisa tetap tidur walaupun kasur utama terendam.

Isi ember atau bak air hingga penuh

Penuhi penampungan air, karena beberapa jam sampai beberapa hari setelah banjir, air bersih akan sangat terbatas. Bagi pengguna air tanah (timba sendiri), Kemungkinan besar air banjir akan masuk ke sumur dan mengotorinya. Bagi pengguna mesin pompa air, pompa pasti terendam dan mati jika terletak di lantai 1.

Bagi pengguna air PDAM, biasanya setelah banjir, setiap warga pengguna PDAM pasti membuka keran dan menggunakan air, sehingga air di pipa tidak sanggup untuk mengairi seluruh rumah yang ada. Air akan jadi kecil dan sangat terbatas.

Tutup pintu masuk dan jendela rumah

Sebelum mengungsi, tutup dan kunci pintu masuk dan jendela rumah. Pintu akan menahan air supaya masuk lebih lambat. Pintu juga dapat menahan cukup banyak lumpur dan hampir semua sampah, agar saat membersihkan rumah tidak terlalu banyak kotoran.

Saat ini lah dibutuhkan pintu dan jendela yang kuat. Pintu yang tidak kuat bisa jebol dan malah memperparah kerusakan atau kehilangan barang.

Selain menghambat air dan kotoran, Pintu juga mencegah barang-barang di rumah hanyut ke luar rumah. Pintu yang tertutup dan terkunci juga menghambat pencuri yang nekat beroperasi saat banjir. Dengan tertutupnya pintu dan jendela, bisa juga mencegah hewan liar berbahaya (misalnya ular) masuk ke rumah.

Tutup pintu lainnya yang ada di rumah

Selain pintu masuk, jangan lupa untuk menutup pintu lainnya, seperti pintu kamar, pintu kamar mandi, pintu dapur, dll, untuk memperlambat masuknya banjir ke masing-masing ruangan. Selain itu, lumpur dan sampah yang masuk ke ruangan-ruangan jadi lebih sedikit, sehingga lebih mudah untuk membersihkannya.

Bila memungkinkan, sumbat lubang bawah dan samping pintu menggunakan bahan berat yang menghambat air, misalnya tumpukan kerikil atau batu dalam karung. Bisa juga kalau ada lembaran yang tidak menyerap air. Ini akan lebih ampuh untuk menahan air dan lumpur..

Cara ini sudah terbukti di rumah saya. Ruangan yang pintunya tertutup kemasukan lebih sedikit lumpur dan hampir tidak ada sampah lainnya, bila dibandingkan ruang tamu atau ruang yang pintunya terbuka. Bahkan beberapa ruang kemasukan air lebih sedikit. Kelihatan bekas airnya lebih rendah di dalam ruangan daripada di luar.

Namun terdapat konsekuensi lain dari cara ini. Jika banjir sangat tinggi atau melebihi 1,5 meter dan membawa lebih banyak lumpur, perabotan di dalam kamar, bahkan yang besar dan berat sekalipun, bisa bergeser. Bila perabotan bergeser sampai menghalangi pintu, pintu akan terganjal dan sulit dibuka. Kerja ekstra lagi untuk menyingkirkan perabot yang mengganjal.

Tutup lubang WC

Jangan lupakan lubang WC! Lubang WC yang tetap terbuka bisa menjadi jalan masuk bagi kotoran yang ditampung di septic tank (dikenal juga di masyarakat sebagai tangki penampungan kotoran, spiteng, sepiteng, atau sapiteng). Kotoran di WC sudah pasti mengandung bakteri Escherichia coli yang sangat berbahaya bila tertelan atau mengotori makanan. Lubang WC juga dapat menjadi jalan masuk bagi hewan liar berbahaya seperti ular.

Lubang WC jongkok dapat ditutup dengan meletakkan papan dengan ganjal yang berat di atasnya (misalnya batu). Sedangkan lubang WC duduk dapat ditutup dengan menutup penutup WC dan mengganjal dengan ganjal yang berat.

Setelah banjir surut

Langsung membersihkan lantai dan tembok rumah

Apabila anda tidak mengungsi ke pengungsian (di rumah saja), sesaat setelah banjir benar-benar keluar dari ruangan rumah (tidak harus menunggu surut total dari jalan), pembersihan sudah bisa dimulai. Siapkan serokan air (pel karet), kemudian keluarkan lumpur dari ruangan yang paling tinggi ke rendah, secara bertahap.

Setelah lumpur paling tebal keluar, tembok bisa dibersihkan dengan cara digosok dengan bantuan air (+busa). Gosok secara cukup halus agar cat tembok tidak terkelupas.

Sangat disarankan untuk membersihkan lumpur sesaat setelah mulai surut, karena lumpur masih sangat encer dan gampang diserok, sehingga lumpur lebih cepat keluar dan air dan tenaga yang terpakai lebih sedikit, apalagi biasanya air bersih sangat langka setelah banjir. Bila lumpur sudah sempat mengental atau mengeras, lumpur lebih sulit diserok.

Setelah lumayan banyak lumpur yang keluar, Utamakan membersihkan kamar tidur dan kamar mandi sampai benar-benar kinclong, supaya bisa mandi, buang air, dan istirahat. Ruangan lain bisa dibersihkan belakangan

Bila anda ada di pengungsian sehingga tidak dapat kembali ke rumah sebelum benar-benar surut, atau karena alasan lain tidak bisa langsung membersihkan lumpur, tunggu waktunya saja, dan tetap bersihkan lumpur. Atau tunggu beberapa hari sampai lumpurnya kering dan bisa disapu.

Tidak langsung menyalakan listrik

Sebelum menyalakan listrik, cek dulu setiap colokan (stop kontak) dan saklar listrik yang terendam. Bila masih basah, keringkan dulu, baru nyalakan listrik. Bila ada peralatan listrik yang terendam dan masih tersambung dengan stop kontak, cabut dulu. Ini berguna supaya tidak ada yang kena setrum listrik karena stop kontak atau saklar yang masih basah.

Rendam pakaian yang terendam banjir

Bila ketersediaan air bersih cukup, langsung rendam pakaian yang terendam banjir di air bersih, agar lumpurnya larut. Boleh juga ditambahkan deterjen. Bila lumpur terlalu tebal, perendaman bisa diulang-ulang sambil digosok.

JANGAN bawa pakaian basah dan berlumpur ke jasa laundry! Banyak laundry tidak menerima pakaian basah dan berlumpur, karena mencucinya butuh tenaga ekstra. Lagipula lumpur dan air yang meresap di baju akan menambah berat baju, sehingga timbangan laundry akan bertambah berat dan biaya laundry membengkak. Pengalaman tetangga saya membawa baju basah berlumpur ke laundry, dia harus membayar hampir Rp2 juta, padahal laundry sehari-harinya tidak sampai Rp100 ribu.

Kalaupun harus laundry, setidaknya bersihkan dulu sebagian besar lumpur yang ada di pakaian yang terendam banjir dengan cara direndam, lalu keringkan. Setelah kering, bawa ke laundry. Total biaya cuci dan laundry yang dikeluarkan tidak akan sampai jutaan.

Sumber Informasi

    Komentar